Indonesia Berliterasi
Istilah literasi sangat sering kita dengar atau jumpai baik di dunia nyata atau maya, 'kan? Namun, apa kita sudah paham, apa itu literasi?
Literasi menurut KBBI V, bermakna: (1) kemampuan menulis dan membaca. (2) pengetahuan atau keterampilan dalam suatu bidang atau aktivitas tertentu. (3) kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Jadi, literasi ialah kemauan untuk membuka pikiran, belajar dan menambah pengetahuan, sehingga pelaku literasi, diharapkan memiliki keterampilan dan kecakapan hidup.
Dengan meningkatkan kemampuan literasi, masing-masing individu diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup baik itu secara individu, keluarga maupun dalam masyarakat. Secara luas, sifat literasi dapat membantu pembangunan berkelanjutan, seperti memberantas kemiskinan, mencerdaskan bangsa, dan lain sebagainya.
Kembali menilik pengertian literasi, kita kemudian tahu bahwa literasi tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Kita bisa disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan literasi bila sudah mendapatkan kemampuan dasar dalam berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, serta menulis.
Lalu, kegiatan literasi itu yang bagaimana? Meliputi bidang apa? Apakah literasi hanyalah tentang membaca dan menulis saja? Tentu tidak. Pengertian dan pembagian literasi sangatlah kompleks. Banyak dan beragam sekali. Kita akan mengelompokkannya menjadi enam macam literasi:
A. Literasi Baca Tulis
Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Agar bisa memiliki kemampuan literasi yang lainnya, maka pertama, kita harus menguasai dasarnya terlebih dahulu: baca dan tulis.
Maka, yang dimaksud dengan literasi baca tulis adalah kemampuan memahami teks tertulis kemudian menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide ke dalam tulisan untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
Indonesia tercatat memiliki minat baca yang rendah. Tidak ditanamkannya minat baca kepada anak sejak kecil, lingkungan yang tidak memberi teladan untuk gemar membaca, serta kurang tersedianya penunjang seperti buku bacaan, menyebabkan minat baca yang rendah tersebut.
Namun, akhir-akhir ini, gerakan literasi semkin banyak digalakkan. Banyak hal yang bisa diusahakan untuk memperbaiki minat literasi baca tulis di negara kita, antara lain:
a. Gernas Baku (Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku)
b. Geber Liga 1819 (Gerakan Bersama Literasi Keluarga)
Keluarga sebagai tempat pendidikan paling mendasar dan awal, diharapkan menanamkan kebiasaan baik pada anak-anak. Misalnya mengkhususkan berkumpul bersama dengan keluarga pada pukul 18.00-19.00 dan mengisinya dengan kegiatan membaca buku, berdiskusi, dan sejenisnya.
c. Pembiasaan 15 menit membaca buku sebelum memulai pelajaran di sekolah
d. Para pengajar diharapkan mampu menyiapkan buku-buku yang kreatif
e. Pembiasaan membaca teks kritis, eksploratif, dan argumentatif melalui bacaan berupa data, peta, grafik, dan teks panjang
f. Para pegiat literasi diharapkan bukan hanya mengembangkan minat bacanya sendiri, tapi juga membantu orang-orang di sekitarnya melalui cara membuka taman baca gratis, pelatihan menulis, dan perlombaan-perlombaan yang terkait kegiatan literasi.
![]() |
| Perpustakaan keliling di taman kota Tangerang Selatan pada hari libur. |
B. Literasi Numerasi
Literasi numerasi merupakan kemampuan untuk menggunakan angka dan simbol yang terkait dengan dasar matematika untuk memecahkan masalah praktis, serta kemampuan untuk menganalisis informasi dari grafik, tabel, bagan, dan sejenisnya kemudian menggunakannya sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan.
Tanpa kita sadari, numerasi hadir dalam keseharian kita dalam bentuk bilangan, huruf, dan gambar. Konsep waktu dan aktivitas kehidupan sangat erat kaitannya dengan numerasi, namun kadang kala kita tidak menyadari hal ini. Numerasi identik dengan matematika, hal ini dikarenakan numerasi merupakan bagian dari matematika.
Di Indonesia, seringkali para siswa menganggap matematika sulit untuk dipahami. Banyak faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut, di antaranya: tidak banyak soal matematika yang dibuat sesuai konteks kehidupan, sehingga matematika terasa abstrak dan sulit dimengerti. Kedua, karena tidak semua guru matematika memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengajarkannya, dan faktor terakhir adalah pola pikir yang sudah ditanamkan sejak kecil oleh para orang tua, bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
C. Literasi Sains
Literasi sains merupakan pengetahuan untuk memahami fenomena alam dan sosial, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah untuk dapat hidup lebih baik, sehat, dan nyaman.
Salah satu contoh pelatihan literasi sains adalah dengan diadakannya kompetisi sains seperti OSN (Olimpiade Sains Nasional) yang diharapkan dapat mengembangkan karakter generasi bangsa yang jujur, pekerja keras, tangguh, sportif, cerdas, unggul, menghargai prestasi, dan cinta tanah air.
D. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep risiko, keterampilan, dan motivasi, dalam konteks mengenai keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Pendidikan literasi keuangan sangat diperlukan untuk mendidik manusia sadar dan paham tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak dan sesuai kebutuhan. Pendidikan literasi keuangan harus diberikan sedini mungkin kepada anak terutama pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar.
Pendidikan literasi keuangan pada anak bukan sekadar pada pengenalan uang, namun lebih jauh pendidikan literasi keuangan pada anak adalah sebuah konsep tentang pengenalan pengelolaan keuangan secara bijak dan mampu mengontrol pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan.
E. Literasi Digital
Literasi digital ialah kemampuan memahami informasi berbasis komputer. Maka literasi digital dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Era digital merupakan masa ketika informasi dapat dengan mudah dan ceoat diakses dan disebarluaskan melalui teknologi digital. Penggunaan teknologu digital dengan tepat, akan sangat memberi manfaat bagi penggunanya. Begitu pun sebaliknya. Maka, agar dapat maksimal dalam memanfaatkan teknologi digital, literasi digital mengajarkan bahwa orang tua dan guru juga harus mendapatkan panduan dalam menggunakan internet. Orang tua dapat menggunakan kemampuan berinternet untuk memantau anak tanpa perlu overprotective tetapi juga tidak terlalu dilepaskan. Sedangkan para guru diharapkan dapat lebih berinovasi dalam menciptakan atau menggunakan media ajar yang lebih kreatif.
Kemudian salah satu kerangka literasi digital ialah melalui perlindungan data pribadi. Setiap orang diharapkan membuat perlindungan dan menjaga privasi atas setiap database dan data pribadi, tidak membocorkannya kepada publik baik secara daring maupun luring, dan mengedukasi seluruh pihak mengenai perlindungan data pribadi. Membuat perlindungan terhadap data pribadi sangatlah penting untuk mengantisipasi data pribadi agar tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
F. Literasi Budaya & Kewargaan
Literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman menjadi sesuatu yang mutlak.
Salah satu bentuk pelatihan literasi budaya dan kewargaan adalah melalui wawasan untuk mewaspadai radikalisme dan intoleransi. Berapa trik yang bisa dilakukan adalah seperti: memperbolehkan anak-anak membahas topik SARA dan toleransi dalam diskusi kehidupan sehari-hari, mendidik anak untuk mengenal etika ketika mengutarakan pendapat mengenai SARA di sosial media yang berpeluang menimbulkan kesalahpahaman dan perseteruan, buka diskusi mengenai dampak Indonesia terpapar radikalisme terhadap SARA yang terjadi di Indonesia, ekspos pemahaman anak mengenai budaya dengan mengunjungj pameran atau event budaya, dan menanamkan kebhinnekaan dan nilai-nilai pancasila kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.
Catatan: artikel ini disarikan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia V, gln.kemendikbud.go,dan berbagai sumber.

Comments
Post a Comment