Pengertian, Contoh, dan Jenis-jenis Puisi Patidusa

Patidusa merupakan singkatan dari empat tiga dua satu.

Puisi ini dirumuskan bentuknya oleh Agung wibowo dan diberi nama oleh Mas Agus Supriyadi. Patidusa sendiri adalah perkembangan dari Puisi Lipatdus (lima, empat, tiga, dua, satu) yang kali pertama ditemukan bentuknya oleh Aji Saputra (@Athar Farha on wattpad).

Puisi Patidusa berformat baris 4-3-2-1, 1-2-3-4, dan seterusnya. Minimal terdiri dari dua bait membentuk piramida double.

Keistimewaan Puisi Patidusa ialah membentuk makna kuat, padat, di tiap bait. Sehingga mengantarkan penulis pada penyampaian isi puisi.


Contoh puisi patidusa:

Di dunia yang fana ini (4 kata)
Gelap menelan semua (3 kata)
Termasuk aku (2 kata)
Kamu? (1 kata)

Gelap (1)
Sekarang gelap (2)
Entah, sering sekali (3)
Mungkin memang kita pantas. (4)

ltu patidusa asli, patidusa ada juga yang jenis bias, cemara, dan tangga.

Format patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.


Bentuk standar patidusa:

A A A A
B B B
C C
D

E
F F
G G G
H H H H

Puisi Patidusa terdiri minimal 2 bait dan 4 formasi. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya itu ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika rasa rima runut dan imaji sebuah puisi.

Ketentuan Format Patidusa:

1. Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.

2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan kalimat yang menggantung makna.

Contoh salah:

Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku

Kalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bisa dipanjangkan menjadi "Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".

3. Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ) saja. Alasan tidak digunakannya karena akan disalah artikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya.

Sebagai contoh salah:

.... .... ..... ....
.... .... ....
.... ....
....

Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kekata terucap asa

Keterangan: bait 1 adalah elipsis

4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung 1 kata majemuk. Sebagai contoh:

Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap

Boleh juga ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja. Semisal:
Awanawan
Anginangin
Orangorang
Berbarisbaris
Meratapratap

Berbeda dengan pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata karena dihitung 2 kata. Semisal;
Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah


Puisi Patidusa ada 4 formasi bentuk:
Catatan: empat formasi ini tersusun dari hanya satu puisi patidusa saja. 

1. PATIDUSA ASLI / ORIGINAL
4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1, dst.
Dalam contoh:

JELITAKU

Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!

Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada

Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita

2. PATIDUSA BIAS
1-2-3-4, 4-3-2-1, 1-2-3-4, dst.

Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna

Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia

Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu

3. PATIDUSA CEMARA
1-2-3-4, 1-2-3-4, 1-2-3-4, dst.

Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna

Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada

Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu

4. PATIDUSA TANGGA
4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1, dst.

Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!

Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia

Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita


______________

Semoga dengan adanya puisi genre baru ini menambah wawasan literasi sastra nusantara dan dipelajari oleh khalayak ramai menjadi bagian sebuah warna sastra kontemporer dunia.


Catatan: materi ini disusun berdasarkan pembelajaran-pembelajaran di kelas menulis via online antara lain: Wattys Academy, Kuy Write! Indonesia, dan Independent Author Squad. 




Comments

Popular posts from this blog

5 Mengapa untuk Inti Idemu

Indonesia Berliterasi

Problematika Literasi