Agar Pembaca Tertarik untuk Memilih, Membaca, dan Menuntaskan Suatu Bacaan (Cerita)
Agar Pembaca Tertarik untuk Memilih,
Membaca, dan Menuntaskan Suatu Bacaan (Cerita)
Dewasa ini, dengan semakin mutakhirnya
teknologi, maka penyebaran informasi serta literasi---meliputi membaca,
menulis, diskusi, dkk, jadi semakin mudah. Permasalahan membaca tidak lagi
mengkambinghitamkan pada alasan tidak tersedianya buku bacaan, melainkan pada
kesadaran membaca itu sendiri.
Kemajuan ini, disadari atau tidak, telah
memberi kemudahan siapa saja yang berminat, untuk mendapat kesempatan menulis
dan menelurkan buku, baik digital maupun cetak. Semakin marak dan berjibunnya
bacaan, menuntut pembaca agar lebih cerdas dalam memilih dan memilah bacaan
yang sehat. Hal ini juga mendorong penulis untuk meningkatkan kompetensi demi
menjadi unggul dalam persaingan yang semakin ketat, agar mendapatkan tempat di hati pembaca---kecuali jika Anda bersikeras
menulis dengan alasan dan tujuan untuk dikonsumsi diri sendiri.
Pernahkah Anda membaca suatu buku sastra
(novel, novella, roman, atau sejenisnya), kemudian merasa sangat tertarik,
bahkan kalau bisa ingin menghabiskannya saat itu juga? Atau pernah jugakah Anda
baru membaca satu paragraf atau satu bab buku, lalu hilang ketertarikan untuk
melanjutkannya? Apa yang membuat Anda merasa demikian? Sebagai penyuka cerita,
saya juga sering merasakan keduanya.
Banyak hal yang memicu suka/betah dan
tidaknya seorang pembaca terhadap suatu bacaan. Simpelnya, mari sebut pemicu
tersebut sebagai “Crush Factors”. Berikut sedikit crush factors, berdasarkan
pada pengalaman dan pendapat saya:
Crush factors yang setidaknya membuat
pembaca jatuh hati lewat kesan pertama saat membaca:
·
Sampul dan judul
yang menarik
https://cabepedas1.blogspot.com/2019/04/judul-yang-menarik-yang-bagaimana.html
·
Blurb yang
membuat penasaran
·
Prolog yang
menyita perhatian
https://cabepedas1.blogspot.com/2019/04/prolog-dan-epilog.html
·
Interesting
first line dan cliffhanger
di setiap bab
https://cabepedas1.blogspot.com/2019/04/first-line-dan-cliffhanger.html
Crash factors untuk keseluruhan cerita (in
way to be best seller, good reviews, wanted, and famous):
·
Unsur cerita
yang tidak pasaran
·
Tata penulisan
yang baik
Buku yang telah
terbit dan melewati tangan editor serta para kru, besar kemungkinannya telah
memenuhi crash factors di atas. Sebenarnya, antara penulis,
penerbitan---persona dan kelompok kerja yang ada di dalamnya, dan pembaca,
saling mempengaruhi pada seberapa berkualitasnya bacaan di suatu negara.
Sekar Wangi
Tambanglaras dalam bukunya “Sincerely Yours”, mengatakan, “Kalau
menulis merupakan satu-satunya kegilaan yang yang bisa diterima masyarakat,
maka penulis adalah pasien dan editor adalah psikolognya.
“Editor-editor
yang cakap bukanlah mereka yang pandai mencari kesalahan, tapi yang paling jeli
melihat potensi. Kalau semua naskah yang memiliki karakter lemah, logika bolong, dan salah ketik langsung
ditolak di kesempatan pertama, mungkin hanya ada tiga buku yang diterbitkan
setiap tahun.”
Penulis,
penerbit (terutama editor), dan pembaca adalah trio yang saling membentuk hukum
sebab akibat. Pertama, jika pembaca dan mangsa pasar lebih menyukai
karya pada cerita cinta yang mendayu-dayu, tokoh yang badboy or bad girl,
gangster, mature content, dsb, maka penulis dan penerbitan akan mengarahkan
sebuah tulisan untuk mencapai target dari standar kesukaan pembaca kebanyakan. Kedua,
seorang penulis karena terpengaruh pada kesukaan pembaca, jika ingin diterima
pembaca, kebanyakan mereka akan menuliskan tema yang sedang digemari, dengan
warna tulisan sesuai favorit pembaca dan editor nantinya. Pembaca yang menjadi
penyuguh pertama suatu bacaan di suatu negara yang mengejar pasar, akan
melupakan perannya untuk menanamkan nilai-nilai baik untuk generasi bangsa. Ketiga,
editor. Kembali mengutip Sekar Wangi Tambanglaras, “Editor merupakan
kombinasi dari profesi dokter bedah dan guru TK; akurat dan teliti, sekaligus sabar dan welas
asih.” Editor yang menjadi garda pertama penerbit yang berurusan dengan
penulis, harusnya lebih selektif dalam memilah bacaan; mana yang pantas dan
membawa muatan kebaikan. Namun, bukan berarti hanya penulis yang sudah maestro
yang hanya diterima tulisannya. Sebab jika demikian, lalu ke mana para penulis
pemula harus menapakkan kaki memulai karirnya? Jika penulis pemula dipandang
sebelah mata, maka siapa penerus selanjutnya kala penulis maestro telah tiada?
Namun, haha,
semuanya kembali kepada niat dan tujuan. Apa pun itu, semua tergantung pada
alasan dan apa yang ingin dicapai. Anda penulis? Menulis untuk diri sendiri
atau pembaca dan pasar? Anda editor atau tak ubahnya komandan peleton berpena
merah yang sadis? Anda pembaca yang menginginkan hiburan serta pengetahuan,
atau sekadar menyukai bacaan yang memuaskan nafsu kemaluan dan tokoh cerita
yang keren meski pelanggar aturan?
Jujur, kalau
saya sendiri, menulis di blog ini dengan tujuan utama sebagai cara mengabadikan
pengetahuan yang saya dapat dari komunitas-komunitas kepenulisan---karena di
blog, minim sekali risiko ilmu-ilmu ini untuk terhapus lalu hilang. Alasan
lainnya, seperti deskripsi bio saya, jika tidak memberi manfaat, setidaknya
tidak merugikan oang lain dan bermanfaat untuk diri saya sendiri. Salam.
Tubir pantura,
Jumat, 12 April 2019.
Comments
Post a Comment