Prolog dan Epilog

PROLOG 



Menurut KBBI V, prolog adalah pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dsb) atau peristiwa pendahuluan.
Sedangkan epilog adalah: bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita.

Apakah prolog wajib ada? Enggak. Nah, kalau nggak wajib, kenapa dibuat? : biar greget aja dan secara tidak langsung menjadi pemacing biar pembaca jadi penasaran.


Serba-serbi prolog :

1. Prolog tidak harus mengambil potongan adegan di bab tengah secara persis.

2. Prolog bisa berdiri sendiri tanpa harus ada di bab-bab dalam cerita.

Misal dalam novel Sincerely Yours karya Tia Widiana yang bergenre romance. Tokoh pada cerita itu, adalah penulis novel genre misteri. Prolog pada novel itu, berisi satu cuplikan tulisan tokoh utamanya. Maka,  isi prolognya tentang pembunuhan. Padahal, dalam alur cerita novel Tia Widiana tersebut, tidak ada kaitannya. Hanya saja, itu menjadi kunci, bahwa tokoh dalam cerita tersebut, adalah penulis cerita misteri.

3. Prolog bisa menjadi kunci dari cerita yang kita buat.

Maka, prolog juga bisa dibuat dengan model puisi atau prosais yang memberi kunci atau sinopsis yang tidak membocorkan, tapi membangun penasaran. Contoh prolog model ini, ada di bawah, setelah ini.


Cara bikin prolog : 
1. Cari konflik yang bikin pembaca penasaran.
2. Sebaiknya tulis dalam part pendek secara ringkas, padat dan jelas.
3. Prolog tidak berhubungan sama sekali dengan bab/chapter satu
4. Jangan berbelit-belit dan menggambarkan sesuatu yang nggak perlu.


Contoh prolog:

Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta :

Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh.

Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila.

Berhati-hatilah ....

Kelak, hidup adalah ketika engkau menjalani hari-hari dengan optimisme. Melakukan hal-hal hebat. Menikmati kebersamaan dengan orang-orang baru. Tergelak dan gembira, membuat semua orang berpikir hidupmu telah sempurna.

Sementara, pada jeda yang engkau buat bisu, sewaktu langit meriah oleh benda-benda yang berpijar, ketika sebuah lagu menyeretmu ke masa lalu, wajahnya memenuhi setiap sudutmu. Bahkan, langit membentuk auranya. Udara bergerak mendesaukan suaranya. Bulan melengkungkan senyumnya.

Bersiaplah .... Engkau akan mulai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu.
(GALAKSI KINANTHI, Tasaro GK)



EPILOG


Haruskah ada epilog? Tidak harus. Kamu bisa bikin prolog saja tanpa epilog. Namun, tidak boleh ada epilog tanpa prolog.

Cara bikinnya gimana?
hampir sama dengan prolog. Hanya, ubah saja menjadi penutup yang berisi pesan atau amanat.

KESIMPULANNYA:

Prolog bisa disebut juga pengantar naskah yang isinya satu atau beberapa keterangan atau pendapat pengarang mengenai cerita yang akan disajikan. Atau bisa diartikan, prolog merupakan pendahuluan atau peristiwa pendahuluan.

Fungsi dari prolog berguna untuk menerangkan dan membeberkan situasi. Prolog disusun bertujuan untuk membangkitkan minat pembaca terhadap isi dalam sebuah tulisan (novel), atau minat penonton (jika dalam sebuah pertunjukan drama/teater). Oleh karena itu biasanya dalam sebuah drama, prolog sering berisi sinopsis lakon, pengenalan para tokoh, serta konflik-konflik yang akan terjadi dalam cerita tersebut

Sedangkan epilog: penutup yang mengakhiri sebuah cerita. Epilog pada umumnya berisi mengenai amanat, atau kesimpulan dan pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut. Epilog yang merupakan bagian penutup pada karya sastra penting sebagai bekal bagi pembaca/penonton agar mampu mengambil hikmah dari konflik-konflik dalam cerita serta penyelesaiannya, dan biasanya akan muncul kalimat bijak dalam epilog tersebut.

Fungsi dari Epilog adalah menyampaikan inti dari cerita, hikmah, atau komentar atas cerita yang baru saja disajikan. Selain sebagai penutup, epilog juga berfungsi untuk menegaskan pesan-pesan moral, tatanilai, maupun refleksi hidup dan kehidupan yang diceritakan.

Jadi, dalam suatu cerita:
Ada prolog dan epilog (boleh) 
Tidak ada epilog dan prolog (boleh) 
Ada prolog saja tanpa epilog (boleh) 
Ada epilog saja tanpa prolog (tidak boleh) 


Catatan: ini adalah materi kepenulisan dari Independent Author Squad, dengan tag mengkopi paste tulisan Athar Farha. 

Comments

Popular posts from this blog

5 Mengapa untuk Inti Idemu

Indonesia Berliterasi

Problematika Literasi