Bionarasi Tere Liye
Seseorang yang unik. Di mana hanya dapat ditemukan bionarasi super singkat, di halaman terakhir satu saja dari 33 lebih buku karangannya. lalah Darwis, yang lahir pada 21 Mei 1979, di desa di kaki gunung Dempo, kabupaten Lahat, pedalaman Sumatera.
Keluarga yang sering menyuguhkan buku bacaan bagi anak-anaknya, membuat putra dengan nama 6 huruf ini, suka menulis.
Sejak SD, dia menulis untuk beberapa majalah anak seperti Bobo, Tomtom, dan Kuncung. Dia suka dan giat menulis di kertas, dikirimkan ke mereka, meski tak satu pun di muat di sana. Anggapannya, bahwa yang penting itu menulis. Diterima atau tidak, itu urusan mereka. Kebiasaan ini masih berlanjut saat ia SMP dengan rajin menulis cerita pendek.
Saat SMA, Darwis pergi merantau ke Bandar Lampung. Sambil bersekolah, dia masih menekuni kegemarannya, menulis. Kelas 2 SMA, itulah kali pertama sebuah tulisannya dimuat di media masa, Lampung Pos, dengan honor 75.000 rupiah. Sejak itu, ia memberanikan diri mengirim tulisan-tulisannya ke koran lokal seperti Lampung Pos dan Jogja Pos, tiap 2 minggu sekali. Satu-dua diterima, satu-dua ditolak. Begitu terus sampai ia lulus SMA.
Berbekal uang 2,5 jutaan dari hasil menabung honor menulisnya, Darwis pindah dan kuliah di UI. Fakultasnya, Ekonomi, berisikan banyak penulis-penulis seperti Sri Mulyani---Menteri Keuangan Indonesia. Di sana, tradisi menulis sangatlah kuat, sehingga dia semakin bersemangat mengirimkan tulisan opini politik ekonomi ke beberapa koran nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Tempo, yang terkadang dimuat dan tidak.
Setelah dua tahun lulus, pada 2004, akuntan ini memutuskan berhenti menulis opini politik ekonomi di koran. Setelah berfikir, ia memutuskan bahwa bukan ke sana tulisannya akan dibawa. Maka ia mulai banting stir menulis novel.
Pada awal debut novelnya, tidaklah seindah yang dapat dibayangkan. Novel pertama dan keduanya, tidak laku. Begitu pun dengan novel ketiga, Hafalan Sholat Delisa, juga tidak laku pada awal terbit.
Hafalan Sholat Delisa selama setahun cuma dicetak sekali, ±2000-3000 eksemplar. Itu pun, di toko tidak diletakkan di meja atau rak novel, bersama barisan new arrival apalagi best seller. Novel itu, disandingan dengan buku agama, di samping berbagai buku tuntunan sholat. Bahakan---menurut ceritanya, ada calon pembeli yang saat membaca judul novel itu, jadi bertanya-tanya. Bahwa dia hanya mengenal shalat seperti Tahajjud, Fardhu, Tarawih ..., tapi ini ada Shalat Delisa. Buku ini sempat dianggap bid'ah oleh calon pembeli tadi.
Dunia belum tahu, bahwa beberapa masa setelahnya, novel itu bahkan mulai difilmkan. Diputar berkali-kali di SCTV, saat hari raya, tsunami, dan hari besar lainnya. Pada 2005-2006, buku ini semakin laku dan meletupkan semangat bagi sang penulis.
Maka seperti dunia mencatat, Darwis adalah penulis di balik nama samaran Tere Liye, yang terpajang di sampul depan banyak novel best seller seperti:
1. Moga Bunda Disayang Allah
2. Bidadari-bidadari Surga
3. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
4. Serial anak mamak:
8. Ayahku (Bukan) Pembohong
9. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
10. Novel aksi:
12. Novel Dwilogi Aksi:
14. Hujan
15. Sunset Bersama Rossie
16. Aku, Kau, & Sepucuk Angpau Merah
17. Serial fantasi remaja:
Wah! Penulis yang ... tidak cukup jika kekaguman padanya hanya diungkapkan lewat kata-kata pujian, kecuali dengan meneruskan cintanya pada kepenulisan. Semua orang bisa menulis, asal dibiasakan, konsisten, dan konkrit.
Sumber: https://youtu.be/wlWI_gs9vpw
Sabtu, 11 Mei 2019 M/6 Ramadhan 1440 M.
#Tebar Kebaikan
#Challenge IAS - 6
![]() |
| Sumber: screenshot from you tube |
Keluarga yang sering menyuguhkan buku bacaan bagi anak-anaknya, membuat putra dengan nama 6 huruf ini, suka menulis.
Sejak SD, dia menulis untuk beberapa majalah anak seperti Bobo, Tomtom, dan Kuncung. Dia suka dan giat menulis di kertas, dikirimkan ke mereka, meski tak satu pun di muat di sana. Anggapannya, bahwa yang penting itu menulis. Diterima atau tidak, itu urusan mereka. Kebiasaan ini masih berlanjut saat ia SMP dengan rajin menulis cerita pendek.
Saat SMA, Darwis pergi merantau ke Bandar Lampung. Sambil bersekolah, dia masih menekuni kegemarannya, menulis. Kelas 2 SMA, itulah kali pertama sebuah tulisannya dimuat di media masa, Lampung Pos, dengan honor 75.000 rupiah. Sejak itu, ia memberanikan diri mengirim tulisan-tulisannya ke koran lokal seperti Lampung Pos dan Jogja Pos, tiap 2 minggu sekali. Satu-dua diterima, satu-dua ditolak. Begitu terus sampai ia lulus SMA.
Berbekal uang 2,5 jutaan dari hasil menabung honor menulisnya, Darwis pindah dan kuliah di UI. Fakultasnya, Ekonomi, berisikan banyak penulis-penulis seperti Sri Mulyani---Menteri Keuangan Indonesia. Di sana, tradisi menulis sangatlah kuat, sehingga dia semakin bersemangat mengirimkan tulisan opini politik ekonomi ke beberapa koran nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Tempo, yang terkadang dimuat dan tidak.
Setelah dua tahun lulus, pada 2004, akuntan ini memutuskan berhenti menulis opini politik ekonomi di koran. Setelah berfikir, ia memutuskan bahwa bukan ke sana tulisannya akan dibawa. Maka ia mulai banting stir menulis novel.
Pada awal debut novelnya, tidaklah seindah yang dapat dibayangkan. Novel pertama dan keduanya, tidak laku. Begitu pun dengan novel ketiga, Hafalan Sholat Delisa, juga tidak laku pada awal terbit.
Hafalan Sholat Delisa selama setahun cuma dicetak sekali, ±2000-3000 eksemplar. Itu pun, di toko tidak diletakkan di meja atau rak novel, bersama barisan new arrival apalagi best seller. Novel itu, disandingan dengan buku agama, di samping berbagai buku tuntunan sholat. Bahakan---menurut ceritanya, ada calon pembeli yang saat membaca judul novel itu, jadi bertanya-tanya. Bahwa dia hanya mengenal shalat seperti Tahajjud, Fardhu, Tarawih ..., tapi ini ada Shalat Delisa. Buku ini sempat dianggap bid'ah oleh calon pembeli tadi.
Dunia belum tahu, bahwa beberapa masa setelahnya, novel itu bahkan mulai difilmkan. Diputar berkali-kali di SCTV, saat hari raya, tsunami, dan hari besar lainnya. Pada 2005-2006, buku ini semakin laku dan meletupkan semangat bagi sang penulis.
Maka seperti dunia mencatat, Darwis adalah penulis di balik nama samaran Tere Liye, yang terpajang di sampul depan banyak novel best seller seperti:
1. Moga Bunda Disayang Allah
2. Bidadari-bidadari Surga
3. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
4. Serial anak mamak:
- Eliana: Si Anak Pemberani
- Pukat: Si Anak Pandai
- Burlian: Si Anak Istimewa
- Amelia: Si Anak Kuat
- Nurmas: Si Anak Cahaya
- Sepotong Hati yang Baru
- Berjuta Rasanya
- About Love
- About Friend
8. Ayahku (Bukan) Pembohong
9. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
10. Novel aksi:
- Negeri Para Bedebah
- Negeri di Ujung Tanduk
12. Novel Dwilogi Aksi:
- Pulang
- Pergi
14. Hujan
15. Sunset Bersama Rossie
16. Aku, Kau, & Sepucuk Angpau Merah
17. Serial fantasi remaja:
- Bumi
- Matahari
- Bulan
- Bintang
- Ceroz & Batozar (spin off: cerita penting di luar cerita utama)
- Komet
- Komet Minor
- Nebula, Alfa Centauri, dst, yang segera terbit.
Wah! Penulis yang ... tidak cukup jika kekaguman padanya hanya diungkapkan lewat kata-kata pujian, kecuali dengan meneruskan cintanya pada kepenulisan. Semua orang bisa menulis, asal dibiasakan, konsisten, dan konkrit.
Sumber: https://youtu.be/wlWI_gs9vpw
Sabtu, 11 Mei 2019 M/6 Ramadhan 1440 M.
#Tebar Kebaikan
#Challenge IAS - 6

Comments
Post a Comment