Posts

Showing posts from April, 2019

Agar Pembaca Tertarik untuk Memilih, Membaca, dan Menuntaskan Suatu Bacaan (Cerita)

Agar Pembaca Tertarik untuk Memilih, Membaca, dan Menuntaskan Suatu Bacaan (Cerita) Dewasa ini, dengan semakin mutakhirnya teknologi, maka penyebaran informasi serta literasi---meliputi membaca, menulis, diskusi, dkk, jadi semakin mudah. Permasalahan membaca tidak lagi mengkambinghitamkan pada alasan tidak tersedianya buku bacaan, melainkan pada kesadaran membaca itu sendiri. Kemajuan ini, disadari atau tidak, telah memberi kemudahan siapa saja yang berminat, untuk mendapat kesempatan menulis dan menelurkan buku, baik digital maupun cetak. Semakin marak dan berjibunnya bacaan, menuntut pembaca agar lebih cerdas dalam memilih dan memilah bacaan yang sehat. Hal ini juga mendorong penulis untuk meningkatkan kompetensi demi menjadi unggul dalam persaingan yang semakin ketat, agar mendapatkan tempat di  hati pembaca---kecuali jika Anda bersikeras menulis dengan alasan dan tujuan untuk dikonsumsi diri sendiri. Pernahkah Anda membaca suatu buku sastra (novel, novella, roman, ...

Hindari Opening Ini

Hindari Opening Ini Klise opening cerita, sekurang-kurangnya dalam satu bab ada satu dari 10 hal ini: 1. Dibangunkan oleh alarm 2. Bercermin untuk mendeskripsikan bentuk fisik si tokoh 3. Mimpi buruk 4. Terlambat. Biasanya si tokoh telat ke sekolah. 5. Tabrakan. Entah tabrakan di jalan atau cuma nabrak cowok super ganteng dan kaya warbyasah ... yang pasti cuma tabrakan sepele. 6. Lagi sial. Mulai dari kepeleset sampai tersiram air buat ngepel. Nasib si tokoh sial amat di awal cerita. 7. Memperkenalkan keluarga. Abis bangun tidur, mandi, pakaian, terus ke ruang makan. Terjadilah percakapan dengan orang tua dan saudara kandung. Isi percakapan sampah alias buang-buang kertas. 8. Cerita dimulai dengan mendeskripsikan musim. Kecuali kalau tinggal di Indonesia, deskripsi terbatas hari hujan, mendung, atau kemarau. 9. Dimulai dengan pagi hari. 10. Kelupaan. Mulai dari lupa bawa PR sampai ketinggalan seluler. Tokoh pun terpaksa terbirit pulang. (Cabang dari 'hari...

Judul yang Menarik, yang Bagaimana?

Tips menulis judul (artikel, listicle, opini) 1. Kontroversi Judul yang kontroversi, cenderung lebih menarik perhatian karena terasa janggal atau bisa bikin gatal. Ini yang membuat pembaca bakal penasaran. Kontroversi bukan clickbait. Kalau clickbait itu antara judul dan isinya nggak nyambung.  “Aku Tidak Bangga Menjadi Penulis” Nanti dijelasin, tidak bangga jadi penulis yang cuma bisa kopas tulisan orang, atau jadi penulis yang malas baca. 2. Kalimat tanya Tarik benang merah atau poin utama dari tulisan, jadiin kalimat tanya di judul. Dengan kalimat tanya, judul akan berkesan: "Mau tahu, nggak?" atau "Udah tahu belum?" dan pembaca seolah diberi sugesti: "Sini-sini, aku kasih tahu kamu di tulisan ini." "Tulisamu Bagus tapi Tidak Ada yang Baca, Kenapa?" “4 Hal Ini Bisa Mengundang Hantu ke Kamarmu, Percaya Gak?" "Dari Plukme Dapat Ratusan Ribu, kok Bisa?" 3. Penekanan Ini trik yang biasanya dipa...

Puisi Modern Remorsi atau Gen-Gen Gan

Puisi Remorsi/Gen-Gen Gans Sumber: materi puisi tanggal 1 November 2018, langsung dari sang pencetus puisi sekaligus presiden grup kepenulisan Kuy Write! – Indonesia alias KWI. Puisi Remorsi (bahasa inggris, remorse = penyesalan) adalah jenis puisi baru yang baru dicetuskan beberapa hari lalu oleh seorang penyair --yang tersakiti-- bernama Vizan Satria (nama pena: Vizanisme). Puisi Remorsi/Gen-Gen Gans (Genap-Genap Ganjil) adalah puisi yang berisikan penyesalan penulis. Di puisi ini, penulis kerap menyalahkan diri. Puisi remorsi lebih mengutamakan makna daripada keindahan dan  tiap bait memiliki tugas berbeda. Ciri dan Syarat Puisi Remorsi: 1. Memiliki 3 bait, bait pertama & kedua memiliki baris yang genap, sedangkan bait terakhir ganjil. 2. Bait pertama dan kedua bersajak   a-a?-b-b?   dan bait terakhir tidak bersajak. 3. Bait pertama dan kedua berfungsi untuk menyatakan dan mempertanyakan, sedangkan bait terakhir berfungsi untuk telling /mence...

Prolog dan Epilog

PROLOG   Menurut KBBI V, prolog adalah pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dsb) atau peristiwa pendahuluan. Sedangkan epilog adalah: bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita. Apakah prolog wajib ada? Enggak. Nah, kalau nggak wajib, kenapa dibuat? : biar greget aja dan secara tidak langsung menjadi pemacing biar pembaca jadi penasaran. Serba-serbi prolog : 1. Prolog tidak harus mengambil potongan adegan di bab tengah secara persis. 2. Prolog bisa berdiri sendiri tanpa harus ada di bab-bab dalam cerita. Misal dalam novel Sincerely Yours karya Tia Widiana yang bergenre romance. Tokoh pada cerita itu, adalah penulis novel genre misteri. Prolog pada novel itu, berisi satu cuplikan tulisan tokoh utamanya. Maka,  isi prolognya tentang pembunuhan. Padahal, dalam alur cerita novel Tia Widiana tersebut, tidak ada kaitannya. Hanya saja, itu menjadi kunci, bahwa t...

First Line dan Cliffhanger

FIRST LINE Bagian pembuka dari sebuah bab, haruslah menarik. Entah berupa satu kalimat, atau paragraf pertama dari suatu cerita. Terlebih, jika cerita yang ditulis sedang diikutkan lomba. Karena seorang penyeleksi naskah tidak akan sempat membaca cerita secara keseluruhan. Maka untuk menarik perhatian, ciptakanlah interesting first line.  Contoh:  Hari itu Sebastian Jahja berulang tahun yang kesatu. Dan selamanya, dia berusia satu tahun.  (Sincerely Yours - Tia Widiana - Prolog, halaman 7) Bagaimana reaksi pembaca setelah membaca first line di atas? Pastinya akan muncul pertanyaan dan penasaran. Maksudnya gimana? Apa Sebastian meninggal? Wah, apa, nih, belum-belum koi udah mati? Dsb.  Contoh lagi: Celana dalam lycra semi transparan adalah penutup terakhir tubuh yang dilepasnya. Sepasang sandal gunung, kutang, kaus dalam, dan terusan panjang berbahan wol putih sudah terlebih dulu terlipat rapi di dalam ransel. (Naked Adventure - Jaya Suporno ...

Lelaki Bangsat dan Anak Terkutuk Vol 1

Anda tahu siapa lelaki bangsat?   Ayah yang memperkosa putri sendirikah? Pernahkah Anda melihat bebek, kambing, atau hewan lainnya? Tetangga saya punya kebun binatang kecil di belakang rumah, jadi kebetulan saya sering bertemu mereka---kaum hewan. Contoh pertama adalah bebek. Bebek jantan biasanya akan mengejar si betina tanpa ampun, jika sedang kebelet. Padahal si betina belum tentu sudi bercinta dengannya. Atau mari lihat contoh lainnya, kambing. Saya sering muak, tapi maklum ketika tak sengaja mendapati kambing di dekat saya teriak mengembik-embik sambil gedebukan. Kata pemiliknya, si ibu kambing itu, sedang menolak untuk ditunggangi pejantan di sampingnya yang gagah (ehe?). Anehnya, si ibu kambing tadi tidak menolak ketika digauli anaknya sendiri, kambing jantan---yang jika ditaksir dan diibaratkan manusia, sedang memasuki usia remaja. Aneh, memalukan, dan bedebah sekali, bukan? Namun, kembali lagi. Maklumlah, hewan. Sekarang dua kasus tadi mari dijejerkan. Bukankah...

Rajungan, Kepiting, Sipan, Cope, Ikan, dan Dunia Nelayan Rajungan

Image
Di wilayah sekitar pantai utara, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Sebagai contoh, adalah Desa Kemanten, Jawa Timur. Para nelayan di sana, menggunakan peralatan berupa jaring atau wuwu, untuk menangkap target utama, yaitu rajungan. Berdasarkan cerita beberapa nelayan di sana, mereka berangkat pada tengah malam, melaut, untuk mengambil wuwu yang sudah dipasang alias ditinggal di laut sejak kemarin paginya. Jika beruntung, perangkap mereka akan dipenuhi dengan rajungan, kepiting, cope (keong berkulit cokelat bentol-bentol), sipan (keong berwarna kelabu), ikan, dan sebagainya. Setelah mengumpulkan hasil tangkapan dari perangkap dan memasukkannya ke timba besar (biasanya menggunakan timba bekas cat), mereka akan memasang umpan baru lagi. Ikan Mbelo (entah, apa bahasa Indonesianya wkwk) , dsb, yang sudah dipotong jadi dua bagian dan sudah digarami, dimasukkan ke wuwu untuk menarik perhatian pasukan laut agar terperangkap. Wuwu akan ditenggelamkan, dan baru ...